1.
Pertumbuhan dan Perkembangan
a)
Pertumbuhan
Definisi pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis dari hasil proses
kematangan fungsi-fungsi jasmanisebagai akibat dari adanyapengaruh lingkungan.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnya keadaan jasmaniah (fisik) yang terus menerus dalam bentuk
proses aktif yang berkesinambungan.[1]
Pertumbuhan diartikan
sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik dan
atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru (yang tadinya belum
tampak) dari organisme atau individu. Konsep pertumbuhan mempunyai makna luas,
mencangkup segi-segi kuantitatif dan kualitatif serta aspek-aspek fisik-psikis
seperti yang terkandung dalam istilah-istilah pertumbuhan, kematangan dan
belajar atau pendidikan dan latihan.
Belajar atau
pendidikan menunjukkan kepada perubahan pola-pola sambutan atau perilaku dan
aspek-aspek kepribadian tertentu sebagai hasil usaha individu atau organisme
yang bersangkutan dalam batas-batas waktu setelah tiba masa pekanya.
Dengan demikian,
dapat dibedakan bahwa perubahan-perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil
belajar itu berlangsung secara intensional atau dengan sengaja diusahakan oleh
individu yang bersangkutan, sedangkan perubahan dalam arti pertumbuhan dan
kematangan berlangsung secara alamiah menurut jalannya pertambahan waktu atau
usia yang ditempuh oleh yang bersangkutan. Pertumbuhan terbatas pada
perubahan-perubahan yang bersifat evolusi (menuju ke arah yang lebih sempurna).
Perubahan-perubahan
aspek fisik dapat diidentifikasikan relative lebih mudah manifestasinya karena
dapat dilakukan pengamatan langsung seperti tinggi dan berat badan, tanggal dan
tumbuhnya gigi dan sebagainya. Lain halnya dengan segi-segi psikis yang
relative sulit diidentifikasi karena kita hanya mengamati dan sampai batas
tertentu.
b) Perkembangan
Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada
kualitas fungsi organ-organ jasmaniah
dan bukan pada organ jasmani tersebut sehingga penekanan arti perkembangn
terletak pada penyempurnaan fungsi psikologisyang termanifestasi pada kemampuan
organ fisiologis.[2]
Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. Ini berarti bahwa
perkembangan bukan sekadar penambahan tiap senti pada tinggi badan seseorang
atau kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak strktur
dan fungsi yang kompleks.s[3]
Perkembangan diartikan
sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju
tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan baik fisik maupun psikis.
Perkembangan
juga bertalian dengan beberapa konsep pertumbuhan (growth), kematangan
(maturation), dan belajar (learning) serta latihan (training).
Perkembangan
individu dapat ditujukan dengan munculnya atau hilangnya, bertambah atau
berkurangnya bagian-bagian, fungsi-fungsi atau sifat-sifat psikofisis, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif, yang sampai batas tertentu dapat diamati dan
diukur dengan mempergunakan teknik dan instrument yang sesuai. Contoh
perkembangan proses berpikir, kemampuan berbahasa dan lain-lain.
2.
Tugas Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah
Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan
merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan
individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara
apabila gagal maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang
bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan
tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap,
perilaku atau keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan
usia atau fase perkembangannya, seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan
kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya
sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas
perkembangan anak usia 4 – 5 tahun adalah sebagai berikut:
1.
Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum
2.
Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh
3.
Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
4.
Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
5.
Mengembangkakn keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis, dan berhitung
6.
Mengembangkkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari.
7.
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai
8.
Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga
9.
Mencapai kebebasan pribadi
10. Pertumbuhan Fisik
11. Penampilan maupun gerak gerik anak usia prasekolah
mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki
penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang
dilakukan sendiri.
b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak
membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka
harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih
berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak
belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit, seperti mengikat tali
sepatu.
d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus
memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya
koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e) Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala
yang melindungi otak masih lunak (soft).
3. Aspek-aspek perkembangan
a). Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke)
sudah pada taraf membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit
karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut
hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar,
anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk
melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga,
melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil
melempar bola.
b). Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang
diciptakan anak dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda
mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah
mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta
putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang lain,
tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu
diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan
otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak
ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya.
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak
mulai membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang.
Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan
membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan
yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi
kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.
c). Perkembangan Emosi
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah
kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula
kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa
dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya.
Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap
asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain.
Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan
ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil
kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah : a) Anak TK
cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah
sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut. b) Iri hati pada anak
prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian
guru.(Ananda 2010).
d). Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan
orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau
norma- norma kehidupan bermasyarakat.
Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak
untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia
lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus
diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti kesuksesannya, amat ditentukan
oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin. Banyaknya teman juga membuat anak
tidak gampang stres karena ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan
curhat.
Ciri Sosial Ciri Anak Prasekolah atau TK
a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat
ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial,
mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis
kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh
karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti. c) Anak lebih mudah seringkali
bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social
participation among preschool children melalui pengamatannya terhadap anak
yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial:
a) Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia
mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan
kegiatan apapun. b) Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan
alat permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di
dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling berbicara. c) Tingkah laku onlooker
anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar
tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain
bersama. d) Bermain pararel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi
tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat
mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung. e)
Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada
peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri. f)
Bermain Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada
pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan,
misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
e). Perkembangan Moral
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak
usia prasekolah masuk ke dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu
sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak
prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari konsekuensinya bila
tidak mengikuti aturan tersebut.
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat
peniruan. Itulah sebabnya, orang-orang dewasa harus menghindari melakukan
hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di
depan anak.
Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik,
terutama dengan teman sebaya. Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik
merupakan modal yang harus dimiliki anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal
ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil. Anak yang pandai mengatasi
konflik umumnya akan mudah pula mengatasi masalah dalam hidupnya, entah di
sekolah, di rumah, ataupun kelak di tempat bekerja.
f). Perkembangan Kognitif
Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK a) Anak
prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang
berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk
berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. b)
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan,
mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig
(1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi
kompeten dengan cara sebagai berikut: a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan
bervariasi dengan anak. b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan
dikatakan anak. c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan
mendapatkan kesempatan dalam banyak hal. c) Berikan kesempatan dan dorongan
maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri. e) Doronglah anak agar
mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku. f) Tentukan
batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya. g) Kagumilah
apa yang dilakukan anak. h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak,
lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar