Pages

Subscribe:

Kamis, 29 Desember 2011

Artikel Populer Aktualitas (Mengubah Budaya Lisan Menjadi Budaya Tulis)


Budaya lisan saat ini tetap lestari keberadaannya di masyarakat. Budaya lisan ini terbukti dengan adanya beragam cerita atau dongeng tersendiri, diceritakan dari generasi ke generasi berikutnya. Sebagai contoh yaitu Dongeng Kancil, Malin Kundang, Terjadinya Danau Toba, Kisah Tangkuban Perahu, dan masih banyak dongeng yang lainnya. Hal ini menunjukkan betapa dahulu kala budaya lisan sudah dikenal oleh masyarakat dan telah dijalani dengan baik dan tetap bertahan sampai sekarang.
Dewasa ini dalam dunia pendidikan masih ada pola pembelajaran sentralistik klasikal, dimana guru atau tutor merupakan orang yang dianggap “serba tahu”. Proses pembelajaran yang selalu berdasarkan cerita atau penjelasan dari guru dan tutor masih dominan dilakukan. Demikian juga proses pembelajaran yang dilakukan di rumah, orang tua seringkali terlalu kaku atau kurang fleksibel dalam memberikan nasehat, komunikasi yang dilakukan cenderung satu arah. Anak-anak hanya mendengar, dan wajib mendengar dengan baik atas ucapan orang tuanya tanpa adanya suatu argumentasi yang dapat muncul.
Budaya lisan juga dikenal sebagai budaya pandang dengar. Televisi juga merupakan bentuk kedua budaya ini, kebanyakan orang lebih suka mengikuti berita di televisi daripada membaca koran. Seperti halnya sebagai contoh konkret, meskipun telah diumumkan secara tertulis di papan pengumuman, orang merasa belum diberi tahu bila belum diumumkan secara lisan.

Berbeda dengan budaya lisan, budaya tulis mencerminkan keteraturan dan berkembang dari kalangan akademisi. Budaya tulis sekarang telah berkembang, apalagi didukung oleh adanya kemajuan teknologi informasi. Disamping itu budaya tulis akan memacu kita berfikir dan bertindak secara  logis dan rasional.
Pada akhirnya kita sebagai pemerhati pendidikan, apakah yang akan kita perbuat bagi generasi yang akan datang. Karena telah terpatri bahwa memahami tulisan dianggap lebih sulit daripada mendengarkan secara lisan. Padahal sebenarnya hanya karena kita belum terbiasa atau belum dibiasakan dengan bentuk tulisan sejak mendapatkan pendidikan terutama pendidikan formal. Hal ini terjadi pada pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, yaitu hanya diberikan pemahaman konsep dan rumus struktur kalimat yang baik dan benar, belum ditanamkan tentang bagaimana merespon suatu tulisan yang ada di sekitar kita.
Dengan demikian marilah kita mulai membiasakan budaya tulis, menuangkan apa yang kita pikirkan ke dalam tulisan, baik dalam memberikan suatu berita ataupun merespon suatu berita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar